In the Name of Allâh the Most Beneficent the Most Merciful.

سْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم YaAllah janganlah kau uji apa yang tidak termampu aku lalui ٩(-̮̮̃-̃)۶٩(•̮̮̃•̃)۶When You Are HURT, You Learn To HATE..On The Other Hand, When You Hurt Someone, You Are RESENTED..BUT You Start To FEEL GUILTY As Well..However, Understanding Such Pain Enables YOU to Be KIND to Others..KNOWING PAIN Helps us GROW UP, to MATURE.. ٩(-̮̮̃•̃)۶٩(•̮̮̃•̃)۶ We should be taught not to wait for inspiration to start a thing. Action always generates inspiration. Inspiration seldom generates action٩(●̮̮̃•̃)۶ ٩(͡๏̯͡๏)۶yaAllah..berikanlah aku kekuatan mennempuhi segala cabaran dan dugaan..aku lemah tanpaMU..٩(●̮̮̃•̃)۶ ٩(͡๏̯͡๏)۶Starting over isn't crazy. Crazy is being miserable. and walking around half asleep, numb, day after day after day. Crazy is pretending to be happy. Pretending that the way things are is the way they have to be for the rest of your bleeding life.٩(●̮̮̃•̃)۶ If she's amazing, she wont be easy. If she's easy, she wont be amazing. If she's worth it, you wont give up. If you give up, you are not worthy. The truth is, everybody is going to hurt you; you just gotta find the ones worth suffering for -Bob Marley :٩(͡๏̯͡๏)۶..Mohon maaf atas segala salah silap.. Ikhlas dari MOHD SHUIB ABD RAHMAN..

Tuesday, August 11, 2009

significant NIKAH dalam mengHALALkan perhubungan

Hikmah Nikah


Ulama fiqh mengemukakan beberapa hikmah perkawinan, yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut.


1. Menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar.

Secara alami, naluri yang sulit dibendung oleh setiap manusia dewasa adalah naluri seksual. Islam ingin menunjukkan bahwa yang membedakan manusia dengan hewan dalam menyalurkan naluri seksual adalah melalui perkawinan, sehingga segala akibat negatif yang ditimbulkan oleh penyaluran seksual secara tidak benar dapat dihindari sedini mungkin. Oleh karena itu, ulama fiqh menyatakan bahwa pernikahan merupakan satu-satunya cara yang benar dan sah dalam menyalurkan naluri seksual, sehingga masing-masing pihak tidak merasa khawatir akan akibatnya. Inilah yang dimaksudkan Allah SWT dalam firman-Nya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang …” (QS.30:21).

Berkaitan dengan hal itu, Rasulullah SAW bersabda :

“Wanita itu (dilihat) dari depan seperti setan (menggoda), dari belakang juga demikian. Apabila seorang lelaki tergoda oleh seorang wanita, maka datangilah (salurkanlah kepada) istrinya, karena hal itu akan dapat menentramkan jiwanya” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmizi).


2. Cara paling baik untuk mendapatkan anak dan mengembangkan keturunan secara sah.

Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda:

“Nikahilah wanita yang bisa memberikan keturunan yang banyak, karena saya akan bangga sebagai nabi yang memiliki umat yang banyak dibanding nabi-nabi lain di akhirat kelak” (HR. Ahmad bin Hanbal).

3. Menyalurkan naluri kebapakan atau keibuan .

Naluri ini berkembang secara bertahap, sejak masa anak-anak sampai masa dewasa. Seorang manusia tidak akan merasa sempurna bila tidak menyalurkan naluri tersebut.

4. Memupuk rasa tanggung jawab

dalam rangka memelihara dan mendidik anak, sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi seseorang untuk membahagiakan orang-orang yang menjadi tanggung jawab.

5. Membagi rasa tanggung jawab antara suami dan istri yang selama ini dipikul masing-masing pihak.

6. Menyatukan keluarga masing-masing pihak, sehingga hubungan silaturrahmi semakin kuat dan terbentuk keluarga baru yang lebih banyak.

7. Memperpanjang usia. Hasil penelitian masalah-masalah kependudukan yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1958 menunjukkan bahwa pasangan suami istri mempunyai kemungkinan lebih panjang umurnya dari pada orang-orang yang tidak menikah selama hidupnya.

Oleh karena itu, ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa untuk memulai suatu perkawinan ada beberapa langkah yang perlu dilalui dalam upaya mencapai cita-cita rumah tangga sakinah. Langkah-langkah itu dimulai dari peminangan (khitbah) calon istri oleh pihak laki-laki dan melihat calon istri; sebaliknya, pihak wanita juga berhak melihat dan menilai calon suaminya itu dari segi keserasiannya (kafaah). Masih dalam pendahuluan perkawinan ini, menurut ulama fiqh, Islam juga mengingatkan agar wanita yang dipilih bukan orang yang haram dinikahi (mahram). Dari berbagai rangkaian pendahuluan perkawinan ini, menurut Muhammad Zaid al-Ibyani (tokoh fiqh dari Bagdad), Islam mengharapkan dalam perkawinan nanti tidak muncul kendala yang akan menggoyahkan suasana as-sakinah, al-mawadah, dan ar-rahmah.